Kamis, 16 Februari 2012

Dakwah RasuluLlah ke Tha'if

MAJELIS JEJAK NABI #35
DAKWAH RASULULLAH KE THA’IF

RasuLullah menunjukkan keagungan akhlaqnya.
Peristiwa perang Uhud ketika mengalami kekalahan.
Aisyah ra,”Hai, RasuluLlah adakah hari yang lebih berat bagimu selain hari Uhud?”
RasuluLlah menjawab: hari ketika dakwah di Tha’if.
  • RasuluLlah tetap menyayangi orang-orang yang menentang dakwahnya. Orang-orang yamh tidak beriman kepada beliau, tetap mendapat rahmat di dunia.
  • Beliau dikaruniai kasih sayang dan lemah lembut
  • Maafkanlah dan mohonkanlah maaf bagi mereka juga tetap berlaku lemah lembut
Dari mimpi beliau, ditakwilkan bahwa mereka aman berada di dalam Madinah, akan ada beberapa sahabat yang syahid dan musibah bagi keluarga beliau.

Namun terjadilah pro dan kontra mendengar perkataan beliau. Muncullah kelompok kontra yang ingin untuk berperang di Mekkah (Badr) agar mereka mendapat keutamaan seperti ahli Badr. Dan dari kelompok pro, AbduLlah bin Ubay mengemukakan pendapatnya yang mendukung takwil mimpi RasuluLlah. Ketika Rasul menuju Uhud, 300 orang menyempal bersama AbduLlah bin Ubay dengan alasan takut menyelisihi takwil mimpi RasuluLlah.


Dan, kekalahanpun terjadi


Kemudian muncullah keraguan akan esensi musyawarah. Karena di sanalah Allah menguji agar mereka tetap bermusyawarah.

tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan menyesal orang yang istikharah.”

Musyawarah adalah kata/istilah dari proses menyuling madu untuk mendapatkan hasil terbaik.
Bertawwakal itu setelah merencanakan yang terbaik, memusyawarahkan dengan baik, dan mempunyai tekad yang baik.
Qaulan layyina: katakanlah dengan lembut, maka yang mendengarnya bila ia tidak takut, maka ia akan ingat.
Di Tha’if ada 3 orang pemegang kekuasaan: Abu Javi, Mas’ud bin Amr dan Habib bin Amr, mereka masih keluarga RasuluLlah dari jalur nenek (Ibunda Siti Aminah)
Dealam lindungan Mas’ud bin Amr, RasuluLlah berdakwah, namun orang Tha’if ketakutan terhadap reaksi orang Mekkah dan justru menyakiti beliau hingga terluka.
Mengadu yang dibenarkan ialah dengan mengadu kepada Allah, tentang kesedihan dan kesusahan, ini diteladankan oleh Nabi Yqub, Nabi Syu’aib dan Nabi Ibrahim.
Karena orang yang sabar itu bukanlah orang yang tidak pernah mengeluh, namun keluhannya ditunjukkan hanya kepada Allah.
Jika kita merahasiakan musibah, niscaya Allah akan mengganti dengan yang lebih baik sesegera mungkin.
Juga dengan merahaisakan amal sholeh
RasuluLlah tidak pernah mengadukan kejahatan yang dilakukan orang lain, namun beliau mengadukan sedikitnya upaya, lemahnya kekuatan dan kehinaan beliau di mata kaumnya.
Beliau senantiasa menjaga adabnya dalam mengadu pada Allah SWT dan kerendahan hatinya.
Orang-orang yang mulia tidak berdo’a dengan spesifik mengucapka permintaannya. Namun ia memuji Sang Pencipta dan menyadari kekurangan/khilafnya, sehingga muncullah ujian tersebut.
RasuluLlah juga merupakan teladan dalam ta’lifun qulub, contohnya interaksi RasuluLlah dengan Addas, seorang budak yang membawakan anggur untuk RasuluLlah, dan kemudian langsung bersyahadat, memeluk islam.
Saat malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menimpakan bencana pada ummatnya, Rasulullah menjawab bahwa ia berharap dari kaumnya akan lahir anak-anak yang beriman.
Orang-orang Mekkah sangat menjaga komitmen terhadap janjinya.

Yogyakarta, 13 Februari 2012
7:41 am
Kegelisahan yang akhirnya memutuskan tetap ‘tuk tinggal di sini...pekan ini ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar