Senin, 19 Desember 2011

All About Mentoring ^^


FORKOM #1
Sabtu, 17 Desember 2011
Di Masjid Ngadinegaran
Oleh: Bp. Ridwan

Lets Talk : All about Mentoring
            Dalam suatu pencapaian yang kita harapkan, haruslah terdapat ujung dan pangkalnya. Nah, posisi kita di sini sebagai ujung tombak dari proses, karena setiap mentor berkesempatan untuk berinteraksi secara intens dengan para mentee.
Perjuangan yang harus dilakukan oleh mentor tentu beranekaragam, sesuai dengan karakteristik dari masing-masing mentee yang dipandunya. Di sini, sebagai mentor diharapkan mampu memahami dan menciptakan kreatifitas.
Rasulullah SAW dalam mentarbiyah sahabat-sahabatnya, misalnya, yang sudah kita kenal tabiat-tabiatnya, yakni: Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra. Kesemua khulafaur rasyidin tauladan kita tersebut, dari masa jahiliyyahnya, hingga akhirnya tertuntun dalam dienul Islam, dalam diri beliau tetap tersibgah karakter khas dan keteguhan prinsip.
Jadi, dakwah Rasulullah, bukan dengan menuntut mereka, untuk menjadi seperti apa yang diharapkan Rasulullah, namun dengan mentarbiyah para sahabat sesuai dengan karakternya, justru mampu meneguhkan mereka dalam perjuangan menegakkan Islam..
Menjadi seorang mentor juga merupakan suatu kesempatan, yang tidak semua orang mendapatkannya. Kalaupun kita merasa belum mampu dan belum cukup baik, justru inilah yang memacu kita untuk terus belajar, mengisikan air-air segar ke gelas-gelas fikriyah kita.
Haruslah terpatri  visi, bahwa binaan kita pada saat ini, kelak akan terupgrade dan mampu menjadi seorang mentor pula.
Cerdaslah dalam menempatkan diri, harus mampu membaca situasi, dimana kita bisa bersikap sebagai mentor, teman, guru, kakak, orangtua, dan tentunya sesosok Ustadzah bagi mereka. InsyaAllah, secara alamiah, hal ini akan mampu kita pahami sejalan dengan pengalaman kita.
Bersyukurlah, di kampus kita ini, kegiatan mentoring sudah terfasilitasi, dan tidak mendapatkan tentangan, maka lakukanlah yang terbaik yang kita mampu!
Penting pula untuk dipahami, bahwa ujung tombak dari dakwah ini ada pada diri kita, seperti ketika wahyu  kenabian turun kepada Rasulullah, beliau memulai dengan dakwah fardhiyah kepada keluarga dan sahabat terdekatnya. Karena, dalam membentuk pemahaman, tidak mudah apabila menggunakan metodw syi’ar, misalnya : tabligh. Perlu dilakukan pendekatan dan pengikatan hati, serta konsistensi untuk senantiasa mendo’akan mentee kita..
PERTANYAAN:
1.     Bagaimana kiat untuk menjadikan mentee terupgrade menuju pemahaman yang lebih mendalam? Karena pada saat kita merasa mereka sudah mampu menuju taraf tersebut, pada hasilnya ternyata mereka belum menampakkan hasil seperti yang diharapkan?
Ada beberapa lapisan dalam dakwah, yakni: kelompok inti (utama) yang menggerakkan roda dakwah, yang kedua kelompok pendukunng, ketiga: kelompok yang netral, tidak menunjukkan adanya dukungan dan tidak pula menentang, yang terakhir: kelompok yang menentang pergerakkan dakwah.
Dari kesemua kelompok ini, kelompok inti tentulah tersedikit. Dalam kita menarik mentee ke pemahaman yang kita harapkan, harus melewati fase-fase yang berjenjang. Dimulai dari pemahaman terhadap karakter-karakter mentee kita, sehingga kitra peka terhadap sense mentee kita ke arah mana.
Perlu diperhatikan, pada saat berada di lingkaran, jangan hanya memfokuskan pada ranah kognitif, namun juga afektif, dan perilaku mereka. Posisi kita sebagai mentee merupakan teladan bagi mereka. Keterikatan dalam dakwah itu akan muncul dengan sendirinya ketika mentee kita, secara fikriyah, siap untuk itu.

2.     Bagaimana menemukan bibit unggul dalam waktu yang cukup singkat?
Melihat sistem pendidikan D3 dengan waktu 3 tahun, ada 3 hal yang harus menjadi titik berat kaderisasi:
1.     Menemukan target prioritas, yang pertama yakni yang berasal dari lingkup DIY. Diharapkan usai lulus kuliah, masih dapat ikut mengelola dakwah kampus. Target selanjutnya, pada anak-anak yang sudah pernah mentoring ketika SMA terutama pada yang sudah hanif.
2.     Melakukan akselerasi selama 1 tahun, semenjak penerimaan mahasiswa baru. Akselerasi dilakukan secara bertahap dengan target-target yang sudah ditentukan.
3.     Dengan berjalannya 2 hal di atas, diharapkan pada semester 3 dan semester 5 sudah memegang binaan semester 1. Namun ideanya, pada semester 3 sudah mampu mengcover kebutuhan mentee untuk semester 1.

3.   Adakah pengaruh dari kurikulum terhadap pembentukkan pemahaman pada mentee?
Benar, kurikulum memberikan pengaruh, baik secara signifikan maupun tidak. Oleh sebab itu, sebaiknya dibentuk kurikulum khusus, terutama pada kelompok akselerasi. Apabila materi yang penting namun belum teralokasikan waktu, bisa diagendakan acara daurah dengan tema tersebut. Pada tahun pertama mentoring pada tahap follow up, masih akan terjadi tarik ulur, antara materi aqidah-dakwah. Nantinya, setelah mampu menyesuaikan, barulah bisa difokuskan menuju dakwah, yakni menyadari akan pentingnya kesalehan sosial. Dari mentoring menuju follow, dan menuju pemahaman yang diharapkan, merupakan tahap yang panjang dan sangat diperlukan akselerasi, agar pada semester 5, mampu menjadi inti yang menggerakkan roda dakwah kampus.
Untuk mengembangkan dakwah kampus selanjutnya, bisa melakukan sharing dengan kampus-kampus lain mengenai problem solvingnya.
Dalam melakukan segmentasi/pembagian target akselerasi, disesuaikan dengan kondisi/level pemahaman masing-masing mentee. Mungkin pada yang belum pernah mentoring ketika SMA, dibutuhkan waktu untuk pengkondisian, sehingga proses akan lebih lama. Harus dihindari pemaksaan pada mentee. Ketika sudah kita targetkan namun belum menampakkan hasil menuju kemajuan, perlu dilakukan penargetan ulang pada yang prospektif.

written : Ahad, 17 Desember 2011
22 Muharram 1433 H
3:39 am
Bersama alunan rintik berkah-Nya